HumasUIN – Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten secara resmi mewisuda 1.000 mahasiswa pada acara Wisuda Sarjana ke-41 dan Pascasarjana ke-27 yang digelar di Gedung Convention Hall pada Sabtu, (6/12/2025). Acara tersebut dihadiri langsung oleh Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI, Prof. Dr. H. Amien Suyitno, M.Ag, beserta seluruh jajaran pimpinan universitas.
Dalam sambutannya, Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Prof. Dr. H. Muhammad Ishom, MA, menegaskan bahwa wisuda bukanlah akhir dari hubungan, melainkan momentum untuk memperluas dan memperkuat jejaring.
“Ketika Anda telah dinyatakan lulus, maka tugas Anda selanjutnya adalah memperluas dan memperkuat jejaring,” ujar Rektor, mengutip pesan Abu Hanifah kepada murid-muridnya untuk lebih banyak duduk bareng setelah kembali ke kampung halaman. Beliau menambahkan bahwa inti dari wisuda adalah pemantapan koneksi antara guru dengan murid, dosen dengan mahasiswa.
Rektor memperingatkan bahwa sehebat apapun prestasi yang dimiliki, tanpa jejaring dan komunikasi yang baik, seorang alumni tidak akan berarti apa-apa. Sebaliknya, jejaring yang lancar akan menempatkan alumni UIN Banten di posisi-posisi strategis, baik di Banten maupun kancah nasional. Beliau membanggakan banyaknya lulusan kampus tersebut yang kini telah menjadi tokoh dan pemimpin formal.
Terkait prestasi institusi, Rektor menyampaikan kabar baik bahwa UIN Banten telah meraih status Akreditasi Institusi (APT) Unggul, yang akan tertulis di ijazah wisudawan. Meskipun demikian, ia mengakui tantangan untuk mencapai target lebih dari 50% Program Studi (Prodi) berakreditasi Unggul di tahun 2006.
“Salah satu untuk unggul adalah mengukur serapan alumnus. Berapa bulan alumnus ini memperoleh pekerjaan, sesuaikah pekerjaannya dengan kompetensi jurusan,” jelasnya, menekankan pentingnya kerja sama antara alumni dan universitas untuk mencapai target tersebut.
Di akhir sambutan, Rektor mengajak seluruh hadirin untuk menyisihkan harta membantu saudara-saudara yang terkena bencana, sejalan dengan ajaran “As-Saudaqatu Tadfaul Balak” (Sedekah dapat menolak balak), sekaligus mendoakan agar ilmu yang diperoleh wisudawan menjadi manfaat dan barokat.
Sementara itu, Dirjen Pendis Kemenag RI, Prof. Dr. H. Amien Suyitno, M.Ag, menguraikan visi kurikulum yang ia sebut sebagai Trilogi Cinta, yang menjadi tiga pilar penyangga bagi bangsa.
1. Poros Tuhan (God): Penghapusan Dikotomi Ilmu Prof. Amien menegaskan bahwa sumber utama ilmu adalah Tuhan (Kulluhum minallah), dan dalam tradisi Islam tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Transformasi dari IAIN menjadi UIN bertujuan mengembalikan kejayaan ilmuwan Islam abad ke-2 Hijriah yang menguasai berbagai bidang, seperti Ibnu Sina dan Ibnu Khaldun. Beliau menekankan bahwa indikator universitas adalah universalitas kajian yang meliputi Ulumut Dinia (Keislaman), Ulumut Insania (Sosial Humaniora), dan Ulumut Kaunia (Natural Science).
2. Poros Kemanusiaan (Human): Cinta Tanpa Syarat Poros kedua adalah hubungan kemanusiaan (Hablum minannas) yang dilandasi oleh cinta tanpa syarat, mencontoh kasih sayang Tuhan kepada semua makhluk-Nya. “Tuhan cinta kepada umatnya tanpa syarat. Inilah sebenarnya yang harus kita contoh,” tuturnya. Ia meminta agar di kampus, mahasiswa diajarkan untuk mencintai umat manusia tanpa dibatasi oleh suku, identitas, atau ideologis.
3. Poros Alam (Natural): Gerakan Konservasi Sebagai poros ketiga, Dirjen Pendis menyampaikan dua pesan penting terkait lingkungan, yaitu gerakan menanam pohon (Planting tree for life) untuk generasi mendatang dan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, serta mendaur ulangnya. Prof. Amien secara khusus meminta Rektor untuk memastikan tidak ada lahan kosong di kampus yang tidak ditanami, menjadikan gerakan menanam pohon sebagai bagian dari implementasi pengabdian masyarakat.