HumasUIN – Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) resmi dibuka di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, Jawa Barat pada Rabu (29/10/2025). Konferensi internasional tahunan yang ke-24 ini mengusung semangat integrasi ilmu keislaman dengan sains dan teknologi untuk mencari solusi atas permasalahan global, khususnya krisis lingkungan hidup.
Acara yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin, ini dihadiri oleh lebih dari 200 akademisi dari 31 negara.
Dalam sambutannya, Kamaruddin Amin menekankan momen ini secara signifikan sebagai ruang keterlibatan ilmiah yang memadukan pemikiran intelektual dan refleksi nilai-nilai moral.
Ia menjelaskan bahwa penyelenggaraan AICIS+ di UIII bukanlah tanpa alasan.
“UIII adalah proyek strategis nasional yang diharapkan menjadi media untuk menyampaikan Islam dalam panggung-panggung global,” ujarnya.
Menurut Kamaruddin, AICIS+ mengangkat tema yang aktual dan responsif untuk menjawab berbagai tantangan global saat ini, utamanya dalam hal menjaga lingkungan hidup.
“Ajang ini mencoba menerjemahkan bagaimana ilmu-ilmu Islam bisa kontributif dalam merumuskan solusi persoalan kemanusiaan, kebangsaan, dan global,” tambah Kamaruddin.
Ia mencontohkan kontribusi akademisi dalam memitigasi perubahan iklim melalui pendekatan ekoteologi, seraya menegaskan, “Kita kemudian berbuat sesuatu untuk menjaga alam karena alam ini milik kita bersama.”
Rektor UIII, Djamhari Makruf, dalam sambutannya mengucapkan selamat datang bagi para peserta ke UIII yang ia sebut sebagai ‘rumah bagi Islam Wasathiyah’.
Ia menjelaskan makna simbol ‘plus’ (+) dalam AICIS+. “Simbol plus (+) secara signifikan menjadi perluasan untuk mensinergikan ilmu keislaman dengan segala tekanan dan tantangan global melalui Transformasi Islam, Ekoteologi, dan Teknologi,” papar Prof. Djamhari.
Ia juga mengungkapkan capaian global konferensi ini, dengan total 2.434 extended abstract yang diterima dari 31 negara, di mana 219 makalah terpilih untuk dipresentasikan.
Perubahan format AICIS menjadi AICIS+ tahun ini juga disoroti oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno. Ia menyatakan bahwa AICIS sebelumnya hanya mengeksplorasi dunia Islam, tetapi ajang tersebut kini telah berkembang.
“AICIS tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena pertama mengusung isu-isu terkait dengan persoalan integrasi ilmu yang riil,” jelas Suyitno.
Ia menyebut fokus pada aplikasi empiris menjadi kunci dari pertemuan ini agar implikasinya bisa berdampak pada masyarakat luas.
“Kita ingin ke depan Kementerian Agama bukan hanya menyentuh aspek teologis normativitas, tetapi juga bicara tentang hal-hal yang empirical yang bisa memberikan problem solving terkait isu-isu kemanusiaan terkait lingkungan hidup,” imbuhnya.
Secara keseluruhan, AICIS+ 2025 berhasil mengumpulkan 2.434 abstrak dari 31 negara, dengan 219 jurnal dinyatakan lolos seleksi. Jurnal-jurnal tersebut akan dipresentasikan dalam 25 sesi panel diskusi yang tersebar di kawasan UIII, Depok.
Selain menjadi ajang diskusi hasil riset, AICIS+ 2025 juga memiliki event sampingan yakni ekspo hasil penelitian dari siswa madrasah unggulan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk integrasi keilmuan sejak awal pada usia madrasah dengan budaya riset di perguruan tinggi.
Pembukaan AICIS+ dihadiri oleh Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad, Kepala BMBPSDM Kemenag RI Muhammad Ali Ramdhani, Perwakilan Wali Kota Depok, akademisi dan sejumlah siswa sekolah madrasah unggulan.