Filosofi Santri Jalan Jongkok

HumasUIN – Dalam kehidupan pesantren maupun masyarakat tradisional Jawa, jalan jongkok merupakan gestur yang sarat makna. Biasanya dilakukan santri ketika melewati kiai atau orang yang lebih tua, sikap ini bukan sekadar kebiasaan turun-temurun, melainkan wujud konkret dari penghormatan dan tata krama yang telah mengakar dalam budaya.

Sikap jalan jongkok tidak lahir dari paksaan, melainkan dari kesadaran untuk menempatkan diri secara tepat dalam ruang sosial. Dalam tradisi Jawa, ada nilai yang disebut jatmika, yakni bersikap santun, tahu tata, dan mampu menjaga diri agar tidak melampaui batas sopan santun. Jalan jongkok adalah bagian dari ekspresi nilai tersebut—rendah hati tanpa merasa direndahkan.

Bentuk penghormatan semacam ini bisa dijumpai dalam berbagai konteks. Anak-anak diajarkan untuk menundukkan badan saat melewati orang tua, tidak duduk lebih tinggi dari yang dituakan, dan menjaga ucapan saat berbicara. Semua perilaku ini adalah latihan keseharian dalam menunjukkan hormat, bukan sebagai beban, melainkan sebagai bentuk kesadaran budaya.

Dalam konteks pesantren, jalan jongkok menjadi bagian dari laku hidup santri. Tidak hanya belajar ilmu kitab, santri juga dibiasakan menjaga adab dalam setiap gerakan. Jalan jongkok saat melewati guru bukan berarti kehilangan harga diri, tetapi menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya soal hafalan, melainkan juga soal pembentukan sikap batin.

Menariknya, nilai ini juga hadir dalam permainan anak-anak tradisional seperti kelereng. Saat bermain, anak-anak secara alami menggunakan posisi jongkok ketika menembak. Meski dilakukan demi ketepatan teknik, posisi ini juga mencerminkan nilai-nilai yang sama: kesabaran, kerendahan hati, dan kemampuan menahan diri.

Jongkok dalam permainan maupun kehidupan sehari-hari mengandung pelajaran yang sama—bahwa tidak semua yang rendah itu hina, dan tidak semua yang tinggi itu mulia. Dalam budaya kita, tinggi atau rendahnya seseorang tidak ditentukan oleh posisi tubuh, tetapi oleh laku dan budi pekertinya.

Di tengah arus perubahan zaman, sikap-sikap seperti jalan jongkok kerap disalahpahami. Dalam masyarakat yang semakin mengedepankan kesetaraan formal, gestur ini bisa terlihat usang atau bahkan dianggap tidak manusiawi. Padahal, ketika dilihat dari makna aslinya, jalan jongkok bukanlah bentuk ketundukan, tetapi simbol penghormatan yang dilakukan secara sadar dan ikhlas.

Nilai jatmika tidak bertentangan dengan semangat modernitas. Justru, di saat etika sosial makin longgar, kesantunan yang bersumber dari nilai-nilai budaya bisa menjadi fondasi penting dalam membentuk karakter generasi muda. Jalan jongkok mengajarkan bahwa kehormatan tidak hanya dituntut dari orang lain, tetapi juga harus ditunjukkan terlebih dahulu.

Selain itu, jalan jongkok juga menjadi cara menjaga ketertiban ruang sosial. Dalam situasi di mana seseorang berada di hadapan orang yang sedang duduk, sikap ini menghindarkan dari kesan tidak sopan. Ada kepekaan sosial yang dilatih secara alami—kesadaran bahwa tubuh dan ruang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan orang lain di sekitarnya.

Masyarakat modern mungkin tidak perlu lagi menjalankan semua gestur budaya secara literal. Namun, nilai-nilai yang melandasinya tetap relevan: tahu diri, menghormati sesama, dan menjaga keselarasan dalam pergaulan. Jalan jongkok hanyalah salah satu simbol dari banyak cara bangsa ini menunjukkan budi pekerti.

Ketika nilai-nilai seperti jatmika terus dihidupkan dalam tindakan sehari-hari, masyarakat tidak hanya mewarisi budaya, tetapi juga memperkuat fondasi etika bersama. Jalan jongkok, dalam makna yang paling dalam, adalah cara sederhana namun kuat untuk mengatakan: “Aku menghormatimu, bukan karena aku lebih rendah, tetapi karena aku memahami tempatku.

 

M. Ishom el Saha (Rektor UIN Sultan.Maulana Hasanuddin, Banten)

(sumber:kemenag.go.id)


Jl. Jendral Sudirman No. 30
Ciceri, Kota Serang, Provinsi Banten,
Indonesia 42118

Jl. Syech Nawawi Al-Bantani
Curug, Kota Serang, Provinsi Banten
Indonesia 4217

Jl. Jend. Sudirman No.227,
Sumurpecung, Kec. Serang, Kota
Serang, Provinsi Banten Indonesia
42118

 Hak Cipta 2025 – UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Email : surat@uinbanten.ac.id No. Tlp : (0254) 200 323