HumasUIN – Ajang Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional 2025 yang digelar di Pondok Pesantren As’adiyah, Wajo, Sulawesi Selatan, menjadi panggung bagi para santri terbaik dari berbagai daerah dan negara untuk menunjukkan kepiawaian mereka. Salah satu cabang yang paling menyita perhatian adalah Hifdzul Mutun, yaitu lomba menghafal dan menjelaskan kitab matan.
Cabang lomba yang diikuti oleh 58 perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia ini memperlombakan hafalan dan syarah kitab Nahwu yang terkenal, Alfiyah Ibnu Malik. Majelis hakim yang bertugas menilai para peserta terdiri dari nama-nama terkemuka di bidangnya: Prof. Muhammad Ishom, Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, yang bertindak sebagai ketua, didampingi oleh Dr. H. Imam Nakhei, Direktur Pascasarjana IAI Situbondo, dan Dr. KH. Wafi, Pengasuh Pesantren Tambakberas, Jombang.
Kunjungan Ibu Menteri Agama, Hj. Helmi Halimatul Udhmah, menambah semarak kompetisi ini. Dirinya menyempatkan untuk menyaksikan langsung salah satu penampilan peserta dari Provinsi Bali. Ibu Menteri Agama Helmi merasa sangat terkesan dengan kecerdasan dan kemampuan peserta tersebut, yang dinilainya sangat pintar.
Menurut Ketua Majelis Hakim, Prof. Muhammad Ishom, kemampuan para santri dalam MQK Internasional tahun ini menunjukkan pemerataan kualitas yang luar biasa. “Santri-santri dari luar Jawa dalam MQK tahun 2025 kemampuannya hampir sebanding dengan santri dari pesantren-pesantren di Jawa,” ungkap Rektor UIN Banten itu. Pernyataannya menepis anggapan bahwa keunggulan dalam penguasaan kitab-kitab klasik hanya didominasi oleh pesantren-pesantren di Pulau Jawa semata.
MQK Internasional 2025 diselenggarakan sebagai bentuk unjuk kompetensi dan dedikasi komunitas pesantren dalam menyambut era generasi emas. Selain itu, ajang ini juga diharapkan dapat menjadi perekat tali persaudaraan umat Islam, khususnya di wilayah ASEAN.