Peringati Hari Santri, UIN Banten Gelar Seminar Etika Menuntut Ilmu di Era Digital

HumasUIN – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, Ma’had Al-Jami’ah UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten sukses menyelenggarakan seminar bertajuk “Santri dan Etika Menuntut Ilmu: Melestarikan Tradisi Keilmuan Islam di Era Digital.”

Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Wakil Rektor I UIN SMH Banten, Dr. Nana Jumhana, M.Ag., yang mengapresiasi terselenggaranya acara ini sebagai bentuk komitmen kampus dalam menjaga semangat keilmuan Islam di tengah kemajuan zaman.

“Kegiatan ini bukan sekadar seremoni Hari Santri. Ini adalah ruang refleksi bagi kita semua, bagaimana nilai-nilai pesantren dapat tetap hidup dan relevan di era digital. Saya bangga melihat semangat para santri yang terus belajar, tanpa kehilangan akar tradisinya,” ujar Dr. Nana Jumhana di hadapan peserta.

Wakil Rektor I juga menegaskan pentingnya integrasi antara kecakapan digital dan kedalaman spiritual. Menurutnya, santri masa kini tidak hanya harus cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter, beradab, dan bijak dalam menyikapi perubahan teknologi.

Setelah sambutan, suasana beralih ke sesi utama bersama Dr. Jauharatun Naqiyah, L.C., M.A., yang membawakan materi dengan tema besar al-muhafadhotu ‘ala al-qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah — mempertahankan nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.

Dalam pemaparannya, Dr. Jauharatun menekankan bahwa prinsip klasik tersebut sangat relevan diterapkan di era digital.

“Santri adalah penjaga peradaban ilmu. Di tengah derasnya informasi, kita ditantang untuk tetap berpegang pada adab, sanad, dan keikhlasan dalam menuntut ilmu. Inovasi boleh kita peluk, tapi nilai dan etika tidak boleh kita lepaskan,” tuturnya dengan tenang namun penuh makna.

Narasumber juga mengingatkan bahaya kecanggihan tanpa kedalaman, di mana akses pengetahuan yang mudah sering kali membuat seseorang lupa akan proses dan disiplin belajar.

“Teknologi hanyalah alat. Ia berguna jika diarahkan oleh ilmu dan adab. Tapi tanpa keduanya, ia bisa menyesatkan,” lanjutnya.

Memasuki sesi diskusi, suasana ruang seminar berubah menjadi lebih dinamis. Para mahasantri tampak aktif dan antusias mengajukan pertanyaan serta berbagi pandangan. Beberapa di antara mereka menyoroti bagaimana menjaga keseimbangan antara mengaji kitab klasik dengan kebutuhan untuk melek digital. Ada pula yang bertanya tentang cara mempertahankan etika belajar di tengah budaya instan media sosial.

Dialog berlangsung hangat dan reflektif. Dr. Jauharatun menjawab dengan bijak, sering kali menyelipkan humor ringan yang membuat suasana cair, namun tetap sarat nilai.

Kegiatan yang berlangsung hingga jelang siang itu ditutup dengan pesan mendalam dari sang narasumber: “Santri sejati adalah yang terus belajar dengan adab, di mana pun dan dengan media apa pun. Era boleh berubah, tapi ruh ilmu harus tetap hidup.”

Tepuk tangan bergema memenuhi ruangan. Wajah-wajah mahasantri memancarkan semangat dan rasa bangga—menjadi bagian dari generasi yang berikhtiar menjaga tradisi ilmu Islam sambil menapaki dunia digital dengan hati dan akal yang seimbang.

Seminar ini meninggalkan kesan mendalam: bahwa mencari ilmu bukan sekadar membaca dan menghafal, tetapi menjaga adab dan nilai dalam setiap langkah pencarian pengetahuan.


Jl. Jendral Sudirman No. 30
Ciceri, Kota Serang, Provinsi Banten,
Indonesia 42118

Jl. Syech Nawawi Al-Bantani
Curug, Kota Serang, Provinsi Banten
Indonesia 4217

Jl. Jend. Sudirman No.227,
Sumurpecung, Kec. Serang, Kota
Serang, Provinsi Banten Indonesia
42118

 Hak Cipta 2025 – UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Email : surat@uinbanten.ac.id No. Tlp : (0254) 200 323