HumasUIN – Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap awal tahun ajaran baru di berbagai perguruan tinggi. Tahun ini, PBAK menjadi ajang strategis mengenalkan kurikulum cinta sebagai katalis kemajuan bagi mahasiswa baru UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Dalam kegiatan PBAK ditanamkan nilai-nilai humanis dalam proses pendidikan. Konsep kurikulum cinta diharapkan dapat menjadi pijakan yang kuat dalam membangun atmosfer akademik yang inklusif dan progresif.
Kurikulum cinta sendiri tidak semata-mata menitikberatkan pada aspek afektif, melainkan mengintegrasikan nilai kepedulian, empati, dan tanggung jawab sosial dalam pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan membentuk mahasiswa yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. Dengan demikian, nilai cinta diharapkan mampu menjadi pemicu kemajuan bersama di lingkungan kampus maupun masyarakat luas.
Melalui PBAK, mahasiswa baru dikenalkan pada budaya akademik yang tidak hanya berorientasi pada prestasi semata, melainkan juga pada pengembangan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Kegiatan dalam PBAK dirancang untuk membangun interaksi yang sehat antar mahasiswa dan civitas akademika, sekaligus mendorong sikap inklusif dan toleran terhadap keberagaman.
Selain itu, penerapan kurikulum cinta mengajak mahasiswa untuk lebih peka terhadap isu sosial dan lingkungan. Berbagai kegiatan pengabdian masyarakat yang menjadi bagian dari PBAK diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab serta semangat kolektif dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Kemajuan bersama tidak dapat dicapai tanpa adanya peran aktif setiap individu dalam komunitasnya.
Dosen dan tenaga pengajar juga memegang peranan penting dalam mengimplementasikan kurikulum cinta. Pendekatan pembelajaran yang humanis memungkinkan mereka untuk lebih memahami kebutuhan dan potensi mahasiswa secara individu. Hal ini diyakini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus menciptakan suasana akademik yang mendukung kesejahteraan mental mahasiswa.
Dampak dari penerapan nilai cinta ini tidak hanya terbatas pada lingkungan kampus. Mahasiswa yang terbiasa menerapkan nilai-nilai tersebut diharapkan dapat membawa semangat tersebut ke berbagai aspek kehidupan sosial dan profesional setelah lulus. Dengan demikian, mereka akan menjadi agen perubahan yang memiliki kompetensi dan etika yang tinggi.
Komunikasi yang efektif dan terbuka menjadi salah satu fondasi penting dalam kurikulum cinta. Melalui dialog yang konstruktif antar civitas akademika, berbagai potensi konflik dapat diminimalisasi dan kolaborasi dapat ditingkatkan. Budaya komunikasi semacam ini menjadi syarat mutlak dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Internalisasi kurikulum cinta dalam PBAK mengingatkan bahwa proses pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, peran PBAK sebagai momen transformasi mahasiswa menjadi sangat strategis dalam mendukung kemajuan pendidikan dan pembangunan bangsa.
Dengan semangat kurikulum cinta sebagai katalis kemajuan, diharapkan kampus dapat melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki jiwa sosial dan kepedulian tinggi. Hal ini penting agar perguruan tinggi tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan, melainkan juga pusat pembentukan manusia berintegritas dan berkontribusi bagi kemajuan bersama.
Prof. Dr. H. Muhammad Ishom, MA
Rektor UIN SMH Banten