HumasUIN – Dalam upaya mewujudkan peningkatan kualitas mahasiswa, Tim Pembinaan Kegiatan Mahasiswa (TPKM) UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten menyelenggarakan Evaluasi Program Kemahasiswaan Tahun Anggaran 2025. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Horison Pandeglang pada Senin, (8/12/2025), dan menjadi forum strategis untuk merumuskan inovasi program pembinaan di masa mendatang. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari dimulai dari 8-9 Desember 3025
Acara evaluasi dihadiri langsung oleh Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. H. Muhammad Ishom, M.A., Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Dedi Sunardi, M.H., Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama (AAKK), seluruh Wakil Dekan III Fakultas, perwakilan dari Keuangan dan Perencanaan, serta perwakilan dari Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (Pustekipad).
Dalam sambutannya, Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. H. Muhammad Ishom, M.A., menyampaikan pentingnya peningkatan kualitas mahasiswa dengan mengadopsi tren global, khususnya sistem pendidikan tinggi yang menerapkan konsep college atau Ma’had. Beliau mengutip buku College Disruption karya Ryan Grange, yang salah satunya membahas perubahan demografi mahasiswa pasca-pandemi COVID-19 yang memadukan sistem pembelajaran online dan offline (blended learning).

Rektor juga menggarisbawahi pentingnya mengarahkan nalar kritis mahasiswa ke ranah akademik dan prestasi. Beliau menekankan bahwa era saat ini membutuhkan lulusan yang terampil dan berdaya saing di tingkat nasional maupun global, bukan hanya pandai berdemonstrasi. “Kita butuh kampus yang kondusif. Memberikan ruang yang tepat buat mahasiswa melalui program-program kegiatan kemahasiswaan, nalar kritis yang dimiliki oleh mahasiswa itu tersalurkan yang menonjol akademik,” tegasnya.
Isu penting kedua yang disampaikan Rektor adalah terjemahan dari cita-cita internasionalisasi. Internasionalisasi, menurut Rektor, tidak selalu harus dengan mendatangkan mahasiswa luar negeri dengan biaya penuh, yang dinilai tidak efisien secara biaya. Solusi yang lebih realistis adalah dengan membuat pilot project kelas internasional pada program studi yang sudah unggul.
“Kelas internasional ini adalah kelas dengan penyampaian menggunakan bahasa asing, Arab dan Inggris. Harapannya ini nanti menjadi daya tarik buat orang luar negeri entah itu Malaysia, Thailand, Filipina tertarik untuk bisa kuliah di kita,” jelas Rektor, mengusulkan model perkuliahan blended atau kelas jarak jauh untuk kemudahan.
Wakil Rektor III sekaligus ketua pelaksana dalam kegiatan evaluasi program kemahasiswaan, Dr. Dedi Sunardi, M.H., menyampaikan bahwa berdasarkan pemantauan, beberapa program kegiatan yang sudah berjalan dinilai kurang efektif, terutama dalam mendapatkan respons dari mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

Untuk tahun 2026, Dr. Dedi Sunardi merancang instrumen perubahan dengan salah satu kebijakan utamanya adalah mewajibkan mahasiswa KIP-K untuk berada di Ma’had agar pembinaan dapat berjalan lebih efektif. Dalam pertemuan ini, ia melibatkan Kepala Ma’had untuk membahas konsep kurikulum berbasis Ma’had, Kepala Pusat Karir untuk pembinaan subskill yang berdampak, serta tim digitalisasi untuk mengatasi masalah kehilangan data prestasi mahasiswa.
Terkait isu pelanggaran, Dr. Dedi Sunardi juga menyoroti pentingnya pembentukan Tim Kode Etik Mahasiswa untuk memberikan kepastian hukum dan keseragaman penanganan kasus pelanggaran. Ia menegaskan bahwa kelas internasional yang diusulkan Rektor merujuk pada kelas khusus di mana mahasiswa yang satu rombel dikategorikan sebagai mahasiswa dengan daya saing internasional, bukan wajib mahasiswa luar negeri.

Acara evaluasi dilanjutkan dengan presentasi dari Kepala Ma’had, Dr. Aang Saeful Milah, M.A., dan Dr. As’ari yang menyampaikan materi mengenai kurikulum pembinaan mahasiswa berbasis Ma’had dan pengembangan karir. Diharapkan hasil dari evaluasi ini dapat melahirkan gagasan dan implementasi program kemahasiswaan yang lebih baik di tahun-tahun mendatang.