Prof Ishom Ingatkan Mabadi Khoiru Ummah dalam Refleksi Akhir Tahun PWNU Sulawesi Tenggara

HumasUIN – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Tenggara menyelenggarakan kegiatan Refleksi Akhir Tahun dengan tema “Mendialogkan NU Masa Depan” di Kota Kendari. Kegiatan ini menjadi ruang konsolidasi sekaligus perenungan arah perjuangan NU di tengah dinamika sosial, keagamaan, dan kebangsaan yang terus berkembang.

Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara. Kegiatan tersebut dihadiri jajaran Pengurus Mustasyar, Syuriyah, Tanfidziyah PWNU Sultra, serta perwakilan badan otonom (Banom) NU dari berbagai kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara.

Refleksi akhir tahun ini dirancang dalam format dialog terbuka dengan menghadirkan sejumlah tokoh sebagai pemantik diskusi. Mereka adalah KH Muslim selaku Ketua Tanfidziyah PWNU Sultra, Prof Muhammad Ishom, Kompespol Masjaya selaku Kasatgaswil Densus 88, serta Prof Nasaruddin Suyuthi. Para narasumber membahas isu keumatan, kebangsaan, dan tantangan NU ke depan dari perspektif masing-masing.

Dalam paparannya, Prof Muhammad Ishom secara khusus mengajak seluruh kader NU di Sulawesi Tenggara untuk mengimplementasikan nilai-nilai Mabādi’ Khairu Ummah dalam kehidupan pribadi, organisasi, dan sosial. Menurutnya, tantangan zaman menuntut warga NU tidak hanya kuat secara struktural, tetapi juga kokoh secara moral dan integritas.

Prof Ishom menjelaskan bahwa integritas merupakan keselarasan antara iman, ilmu, ucapan, dan perbuatan. Ia mengutip pandangan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumiddin bahwa rusaknya seorang alim dapat berdampak pada rusaknya tatanan masyarakat. Oleh karena itu, integritas ulama dan kader NU menjadi fondasi utama dalam menjaga kemaslahatan umat.

Lebih lanjut, ia menguraikan nilai dasar Mabādi’ Khairu Ummah yang dirumuskan oleh KH Achmad Siddiq, yakni ash-shidq (kejujuran), al-amānah wal wafā’ bil ‘ahd (amanah dan menepati janji), al-‘adālah (keadilan), at-ta‘āwun (tolong-menolong), dan al-istiqāmah (konsistensi dalam kebaikan). Nilai-nilai ini, kata Prof Ishom, harus menjadi karakter melekat kader NU.

Terkait kejujuran (ash-shidq), Prof Ishom menegaskan bahwa kejujuran adalah dasar dakwah, organisasi, dan kehidupan sosial NU. Ia mengutip QS At-Taubah ayat 119 serta pesan dalam Ta’limul Muta’allim* bahwa kejujuran merupakan fondasi segala kebajikan.

Pada aspek amanah dan menepati janji, Prof Ishom mengingatkan bahwa jabatan dalam NU bukanlah kemuliaan, melainkan tanggung jawab. Ia mengutip pesan Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah serta dawuh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari bahwa pengkhianatan amanah dapat menjatuhkan martabat seseorang.

Sementara itu, nilai keadilan (al-‘adālah) ditegaskan sebagai prinsip utama NU dalam bersikap tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran). NU, menurutnya, harus tetap konsisten menjadi penopang harmoni sosial dan persatuan bangsa dengan menjunjung tinggi keadilan bagi semua.

Prof Ishom juga menyoroti pentingnya at-ta‘āwun atau tolong-menolong sebagai ciri khas NU yang berakar pada tradisi gotong royong dan jama’ah. Ia mengutip QS Al-Ma’idah ayat 2 serta pesan ulama bahwa sesama mukmin ibarat bangunan yang saling menguatkan.

Menutup paparannya, Prof Ishom menekankan pentingnya istiqamah dalam menjalankan nilai-nilai kebaikan. Ia mengingatkan bahwa sejarah NU, mulai dari Resolusi Jihad 1945 hingga Khittah 1926, menunjukkan integritas ulama dalam menjaga agama dan NKRI. Di tengah tantangan politik tanpa etika, korupsi, hoaks, dan lunturnya adab, ia mengajak seluruh kader NU kembali pada Mabādi’ Khairu Ummah demi menjaga NU, agama, dan masa depan umat.


Jl. Jendral Sudirman No. 30
Ciceri, Kota Serang, Provinsi Banten,
Indonesia 42118

Jl. Syech Nawawi Al-Bantani
Curug, Kota Serang, Provinsi Banten
Indonesia 4217

Jl. Jend. Sudirman No.227,
Sumurpecung, Kec. Serang, Kota
Serang, Provinsi Banten Indonesia
42118

 Hak Cipta 2025 – UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Email : surat@uinbanten.ac.id No. Tlp : (0254) 200 323