HumasUIN – UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten kembali meneguhkan komitmennya dalam kancah akademik internasional dengan mengirimkan perwakilan dosen pada Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) ke-24. Konferensi ilmiah bergengsi Kementerian Agama RI ini diselenggarakan pada 29–31 Oktober 2025 di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, dengan mengusung tema besar “Islam, Ekoteologi, dan Transformasi Teknologi: Inovasi Multidisipliner untuk Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan.”
Kepercayaan Kementerian Agama RI terhadap UIN SMH Banten diwujudkan melalui penunjukan dua figur penting sebagai anggota Steering Committee (SC) AICIS+ 2025, yaitu Prof. Dr. Yanwar Pribadi, S.S., M.A., dan Siti Sholihah.
Selain itu, salah satu dosen UIN SMH Banten, M. Sulaeman Jazuli, turut berpartisipasi aktif dengan mempresentasikan makalah ilmiah berjudul “Eco-Maqāṣid and Cross-Border Cooperation: Green Industrial Development and Muslim Societies in Indonesia and Singapore.”

Dalam paparannya, M. Sulaeman Jazuli menjabarkan hasil studinya yang penting bagi pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
Ringkasan Pemaparan Ilmiah: Eco-Maqāṣid and Cross-Border Cooperation
Penelitian ini menyelidiki Zona Industri Berkelanjutan (Sustainable Industrial Zone/SIZ) antara Indonesia dan Singapura. Studi ini secara khusus menguji bagaimana kemitraan bilateral tersebut mengintegrasikan dimensi ekologis, ekonomi, dan sosial-keagamaan melalui kerangka Maqāṣid al-Sharī‘ah (Tujuan Hukum Islam).
Fokus utama penelitian adalah pada pelestarian ekologi (ḥifẓal−bıˉ’ah), perlindungan kekayaan (ḥifẓal−maˉl), dan perlindungan jiwa (ḥifẓal−nafs), sambil menilai implikasi sosial-ekonomi bagi komunitas Muslim di kedua negara.
Metodologi dan Temuan Kunci:
- Penelitian menggunakan metodologi kualitatif-komparatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara lapangan dengan pemangku kepentingan di Batam, Bintan, dan Singapura; analisis perjanjian bilateral; dan Focus Group Discussion (FGD) dengan tokoh agama, LSM, dan pengusaha Muslim.
- Temuan: Meskipun kedua pemerintah menekankan pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan, komunitas Muslim menginterpretasikan tujuan ini melalui prinsip etika Islam, seperti amanah (khilāfah), keadilan (ʿadl), dan kesejahteraan komunal (maṣlaḥah).Di Kepulauan Riau, proyek energi terbarukan mendapat dukungan kuat ketika dikaitkan dengan penciptaan lapangan kerja dan perlindungan ekosistem.
- Di Singapura, komunitas minoritas Muslim melihat kemitraan ini sebagai platform untuk daʿwah lingkungan dan pengembangan instrumen keuangan Islam, seperti sukuk hijau dan dana lingkungan berbasis zakat.
Kontribusi makalah ini terletak pada operasionalisasi konsep Eco−Maqaˉṣid sebagai kompas moral dan instrumen kebijakan dalam inisiatif industri lintas batas. Penelitian ini menunjukkan bagaimana etika berbasis agama dapat memperkuat legitimasi komunitas, melengkapi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dan menyediakan kerangka kerja yang dapat direplikasi untuk kerja sama bilateral di berbagai wilayah.
Selain keterlibatan dalam sesi panel ilmiah, UIN SMH Banten turut memeriahkan AICIS+ 2025 melalui partisipasi dalam Pameran Edukasi (Expo AICIS+).
UIN SMH Banten menampilkan demo riset dan produk inovasi yang mencerminkan integrasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai Islam berkelanjutan. Partisipasi ini dikoordinasikan oleh Lembaga Pusat Halal, Tim Humas bersama Duta UIN SMH Banten, yang berperan aktif memperkenalkan berbagai produk unggulan hasil kerja sama kampus di hadapan peserta nasional dan internasional.

Partisipasi penuh UIN SMH Banten dalam AICIS+ ke-24 ini menegaskan peran strategis kampus dalam mendorong diskursus keilmuan yang relevan dan berkontribusi pada solusi global.